BAB 1

6000 THN SEBELUM MASEHI

Matahari bersinar cukup terik, terlihat sekelompok orang yang sedang membangun sebuah bangunan besar dan megah. Namun aneh nya, batu-batu dan kayu- kayu berterbangan secara teratur, seperti ada tenaga raksasa yang membawa batu  dan kayu tersebut. Kalau di perkirakan berat batu mencapai ribuan kilo.

Batu-batu itu tersusun dengan sendirinya di tempat yang di bangun. Sekelompak orang tadi hanya menabuh alat musik sambil mengeluarkan suara-suara dari mulutnya. Batu-batu dan kayu seperti mengikuti alur musik yang di mainkan.

Terlihat ditempat yang di bangun seperti ada cahaya warna-warni yang berbentuk hologram yang menyerupai sebuah bangunan besar .

Batu-batu itu seperti ada kekuatan besar meletakkannya, dan mengikuti bentuk dan disusun sesuai cahaya hologram.

Sepertinya kecanggihan teknologi dizaman ini sudah mencapai puncak nya.

Manusia di zaman ini sudah mampu merubah nada suara menjadi gelombang tenaga. Sehingga mampu menggerakkan benda, atau mungkin juga suara mampu merubah medan gravitasi setempat , sehingga mampu menggerakan benda, atau mungkin juga suara mampu memainkan peran terhadap atom-atom di sekelilingnya. sehingga energi bisa di timbulkan dari perubahan atom-atom di sekelilingnya.

Manusia di zaman itu juga bisa menembus alam empat dimensi. Sehingga tidak lagi memerlukan kendaraan untuk menuju suatu tempat.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Masa sekarang…

Bab 1

Hari ini di kerajaan Shiva (Kerajaan alam sibunian), masih seperti sebelumnya. Siulan burung dari alam manusia masih terdengar.

Gemericik air, siuran angin, dan cahaya matahari masih menyinari. Juga masih terlihat bibir-bibir dower dan tanduk dari si bunian jenis laki-laki.

Di sini masih terlihat wajah sibunina laki-lqkj sama jeleknya. Ada yang lubang hidung nya besar, ada telinga nya besar, ada yang matanya besar, ada dagu nya besar, ada perutnya besar, ada juga yang anunya besar, maksudnya kepalanya besar.

Macam-macam lah bentuk nya. Kadang ada yang hampir sama dengan film yang kalian tonton.

Shiva terkadang merasa heran , kenapa Sibunian laki-laki itu jelek semua.

Ini contoh nya yang selisih jalan dengan  Shiva saat ini, jika di adakan pertandingan bibir dower sedunia. Dia pasti menang.

Bibir nya aja sampai menutupi separuh dagunya. kelihatan tuh giginya gak di rawat. kuning semua. Di alam Shiva juga berlaku perawatan diri.

Cuma yang perlu kalian tau, bahwa di alam sibunian para wanita disini, di bangsa Shiva cantik-cantik. Jauh melebihi kaum manusia pada umumnya.

Apalagi Shiva, Bunian wanita tercantik pastinya. Shiva bukan kepedean, tapi fakta loh.

Nama asli nya Shivana Adriani, Tapi di panggil Vana oleh orang tuanya. Tapi Sebenar nya dia lebih suka di panggil Shiva.

Umur Shiva masih muda, sekitar seratus lima puluh tahun. Umur segitu masih remaja bagi kaum sibunian. Jauh beda dengan kaum manusia. Manusia itu sangat rentan, setidaknya begitu menurut Shiva.

Shiva mempunyai rambut panjang sepinggul, warna hitam kekuningan, Jidat  gak lebar juga gak kecil, pas dengan wajah nya yang semi oval. Alis mata  rapi bak semut beriring. Mata bersinar bening seperti telaga yang jernih, ada juga yang bilang bak bintang. Hidung mancung, bibir bagai seulas jeruk, basah dan merah delima. Pipi seperti memerah tanpa hiasan pemerah. Body  jangan di tanya, bohay dan nyegerin mata lelaki lah. Meskipun laki-laki disana jelek semua.

Shiva  sangat sukamemakai pakaian putih. Di alam sibunian jangan di kira gak pakai pakaian. Ada baju,celana,sarung, mirip alam manusia juga. Beda nya, benang nya benang ghaib. Kalau pakai benang dari kapas mereka kelihatan dong. Kalau kelihatan bisa kurang menakutkan. Sebab hal yang sudah biasa bukan menakutkan lagi.

Tahu kenapa Vana suka di panggil Shiva. Karena itu sangat gaul menurut nya. Wajar dong, dia Sibunian yang di idolakan oleh Sibunian laki-laki di kerajaannya, ya meskipun Shiva gak suka sama mereka,wajar dong. Wajah mereka aneh-aneh semua. Entah kenapa selera Shiva tinggi banget.

Padahal memang sudah begitu takdirnya, yang perempuan cantik, yang laki-laki jelek. Tapi perempuan yang nekad nikah, terlihat bahagia kok. Shiva aja yang belum merasa cocok kali.

Pagi ini, Shuva jalan-jalan di sekeliling kota raja. Oh ya, nama kerajaannya adalah Kobundokok.

Kerajaan Kobundokik kawasan nya cukup luas. di bukit Ntionai.

Bukit Ntionai di alam manusia adalah sebuah bukit yang cukup besar.  Dikabar kan disana banyak hal-hal aneh.

kerajaan Kobundokik lah yang berkuasa di bukit ini bahkan kekuasaan jauh melampaui bukit. Di bukit Ntionai adalah pusat kerajaan Kobundokok.

Kota raja ini jika dilihat dari alam tiga dimensi atau alam manusia. hanya terlihat seperti lembah biasa. Bagi warga kampung (kampung manusia berada tak jauh dari bukit Ntionai. Lembah ini di anggap sebagai lembah keramat. Jarang manusia yang berani datang ke lembah ini.

Bahkan di antara manusia ada yang menyebut Lembah Hantu. Karena ke isengan dari masyarakat di Kota raja lah yang membuat nama lembah ini dikenal jadi Lembah Hantu.

Bayangin aja, asal manusia datang kesini, pasti deh di kerjain. Biasanya yang iseng itu sibunian laki-laki, yang melihatkan bentuk nya di depan manusia yang nyasar kesini. Mereka tiba-tiba nongol di depan manusia dengan wajah aneh mereka. Jangan kan manusia, Shiva saja yang setiap hari lihat  masih sering kaget lihat wajah mereka.

Hal ini juga ada untung nya. Setidak nya Hutan di Kota raja tempat istana bediri aman dari rakus nya manusia. Bukan hanya hutan nya saja yang aman, binatang pun banyak terlindungi. Karena manusia takut kelembah ini.

Palingan yang berani datang hanyalah orang yang ingin mencari ilmu. Biasanya mereka semedi, sampai di temui oleh penduduk sibunian. Kemudian mereka di beri imbalan ilmu karena ketabahan mereka dari berbagai macam godaan.

Ada juga yang datang niat nya mencari kekayaan. Kalau yang niat mencari kekayaan gak bakalan dapat. Sebab Kobundokok merupakan sibunian yang baik. mereka tidak mau memberi kekayaan seperti itu.

Bagi Shiva hari-hari disini membosankan. Kegiatan masih itu-itu saja. Ada mereka yang cerita sambil cekikikan dengan suara khas, karena geli, sebab mereka mengganggu manusia tadi malam.

Dan manusia itu lari sambil terkencing-kencing. Memang ke isengan mereka benar-benar parah banget. Shiva mendengarnya ikut senyum-senyum.

“Haii…pa..pa..pagi…” Shiva kaget mendengar suara dari belakang nya.

Spontan Shiva melihat ke belakang.

“Waduh masalah ne yang datang…” Ucap Shiva.

Dua sibunian yang menjadi pengawal pribadi Shiva datang sambil cengar cengir.

Perawakan mereka tinggi besar. gigi besar,hidung besar,mata besar, semuanya besar. Gak tau itu nya, maksudnya, semangatnya apakah juga besar, bibir mereka juga besar.

Melihat bibir mereka, Shiva geli membayangakan bagamana tersiksa pacar mereka berciuman.

Mereka ini berdua mirip dari perawakan dan wajah. Yang membedakan satu botak dengan sepasang tanduk yang berwarna merah di ujung tanduk nya. Memakai baju merah dan celana merah dengan ikat pinggang kuning.

Satu lagi berambut panjang gak ter urus, dengan sepasang tanduk yang berwarna ungu. Memakai baju kuning celana kuning ikat pinggang merah.

Mereka ini termasuk dalam jajaran bunian sakti, yang mendapat tugas dari ayah Shiva untuk menjadi pengawal Shiva.

Maklum lah Shiva adalah  Putri Raja disini. Nah, mereka ini sebenarnya kembar, yang botak namanya Domo yang berambut namanya Dumu.

Shiva pagi ini memang keluar diam-diam dari istana. Habis kalau minta izin sama ayahnya, pasti pertanyaan nya banyak.

Nanti jangan-jangan di tanyakan juga, yang menggantungkan Bulan di langit siapa?, tali nya pakai apa?. Kan repot jawab nya.

Ohya, yang menyapa tadi adalah si Domo. Meski pun sakti, tapi gagap.

Berbeda dengan Dumu, gagap sih gak, tuli iya. Ini lah masalahnya. Mulut mereka gak bisa diam.

Bayangkan tersiksanya bicara dengan mereka.

“Ada apa, Domo?” Tanya Shiva.

“Oii… Domo, dengar tu tuan putri minta kelapa, tapi buat apa ya, kita kan gak perlu kelapa..” Sela Dumu.

“Bu…bu..” Domo terlihat susah bicara sampai matanya terpejam.

“Bu Mimin?..”Tanya Shiva

yang gak sabar menunggu kelanjutan ucapanya.

“Bu..bukan kelapa tuli..tapi ada apa” Domo menjelaskan.

“Tu..tuan Raja me..me..menyuruh ka..kami mengawal tut.tut tuan putri..” Domo berusaha menjelaskan.

“Bukan bawal tapi kawal, si putri tak perlu ikan bawal” ternyata Dumu salah dengar. kawal di dengar bawal.

“Diam budek nyelah aja” Domo tiba-tiba lancar bicaranya.

Aku lihat ada jambu di tangan nya.

Jika Domo menghirup aroma jambu biji, entah kenapa bicaranya jadi lancar.

Berbeda dengan Dumu, budek gak ada obat.

“Kenapa harus di kawal segala, emang karnaval..?”. Tanya Shiva

“Bukan Tuan Putri, tapi ini perintah kepada kami” Jawab Domo.

Shiva sebenarnya kesal. Ini memang bentuk kasih sayang ayahnya. kemana pun harus di kawal. Saking kesal nya bibir Shiva jadi agak monyong.

Dari depan sana Shiva lihat penyakit lagi ne yang datang.

Badan ok lah tegap. Tapi gigi tongos, mana giginya besar-besar lagi. Sebesar ibu jari kaki manusia.

Dia adalah salah satu bunian yang menjadi Prajurit andalan kerajaan yang di tugaskan menjaga Shiva.

“Pasti dia menyapa aku ne.” Ucap Shiva dalam hati.

“Fagi Tuan futri.”

‘Nah kan benar apa yang aku katakan.” Kata Shiva makin jengkel.

Yang satu ini namanya Boneng. Dia sangat akrab dengan Domo dan Dumu.

Bentuk badan nya hampir sama. Sama-sama tegap. Rambut nya sebahu hitam lebat, alis mata tebal, tapi jidat nya lebar. Tambah dua tanduk bertengger di kepalanya.

Tapi gak sepanjang tanduk Domo dan Dumu. Si Boneng ini gemar memakai pakaian warna hitam.

Boneng ini tak bisa nyebut huruf “P”. sebab sulit baginya untuk menyatukan bibir. Itulah kenapa putri di sebut nya futri.

“Kayaknya hari ku hancur deh.Tapi kupikir boleh juga lah membawa mereka-mereka sesekali.” Batin Shiva.

“Ke..ke..ke..”. Terdengar suara Domo.

“Keledai…” jawab Boneng.

“Bukan , ke..kenapa kau kesini?” Domo menjelaskan maksudnya.

Ternyata jambu biji sudah tidak ada lagi di tangan Domo. Pantasan gagap nya datang.

“Aku mau ikut Tuan Futri” Jawab Boneng.

“Siapa yang di kebiri” tanya Dumu. ternyata dia salah dengar lagi.

“Fafak mu, Tuan Futri budek, bukan kebiri..” Boneng menjelaskan.

“Ja…ja…ja…”Si Domo terlihat susah bicara.

“Jangkrik “ucap boneng.

“Bukan, jangan ba..bawa-bawa ba..bapaknya. ba…bapak nya bapakku ju.j..uga .. tahu” Ucap Domo.

Seperti nya mereka sudah saling mengerti bahasa masing-masing. Padahal Boneng menyebut fafak bukan bapak.

“Ho..ho…ho…” terdengar suara tertawa

Saat mereka sedang enak-enaknya berdebat.

Tiba-tiba muncul sesosok kakek-kakek yang janggut,kumis serta rambutnya putih semua.

Rambut nya yang putih di potong pendek. Alis nya tebal, janggut panjang melewati leher nya.

Tangan si kakek mengelus janggut nya seperti bangga sekali dengan janggutnya, sambil tertawa hohoho.

Tinggi sama dengan Shiva. Setinggi manusia umumnya.

Kakek ini wajahnya persis manusia.

Karena sebenarnya kakek ini adalah manusia sakti yang bisa keluar masuk alam Bunian seenaknya saja.

Konon katanya, si kakek pernah tersesat ke alam paralel saat menuntut ilmu.

Dia adalah penasehat sekaligus guru bagi ayah Shiva. Dia jarang muncul dan kalau tidak ada yang hal penting dia tidak akan muncul.

Bahkan beliau sangat dihormati di kerajaan ini.

Tiga sibunian bersama Shiva menunduk hormat. Begitu juga dengan Shiva.

Beliau di panggil ki Hurib

“Silahkan berdiri Tuan put…” Ini pula kebiasaan nya. Selalu menggantung kan kata-kata. Seperti guru ngajarin murid nya.

“Putri ” jawab Shiva.

“Bagus, Tuan Putri mau kemana?. Sebaiknya tuan putri pulang sa..” Ucapnya

“Sabit” jawab Shiva mulai dongkol.

Belum di jawab kemana mau pergi, sudah di suruh pulang.

“Salah bukan sabit tapi saja” dia membenarkan Shiva.

“Jika Putri terus pergi, Putri akan mengalami perjalanan yang pan..”

“Pantas”

“Bukan, panjang.” Ucap Ki Hurib.

“Padahal perjalanan yang panjang itu mele..”

“Melebihi” Jawa Shiva.

“Melelahkan” Ucapnya membenarkan.

“Padahal lebih baik di rumah sambil tidur dan makan ru..”

“Makan rumah” jawab Shiva kesal.

“Bukan, makan rujak, masak rumah di makan” Jawab nya cengar cengir.

“Ya sudah, jika Tuan Putri tetap ingin pergi. Dan kalian yang mengawalnya jangan ganggu manusia saat kalian jumpa dengan mereka, karena ini siang ha…” Ucapnya.

Sambil melihat wajah Sibunian yang mengawalku satu-satu tanpa takut, sekarang yang ketakutan malah Sibuniannya.

“Ha..ha..ha..”

Domo gagapnya semakin menjadi karena takut mungkin.

“Hati “awabku.

“Bukan hati tapi hari” ucak si kakek.

Habis bicara begitu tiba-tiba si kakek menghilang.

Kami melanjutkan perjalanan. Tanpa terasa kami sudah sampai didekat sungai.

Sebuah sungai yang dalam sebetis manusia dewasa. Air nya sangat jernih. Saking jernih nya, ikan nya nampak jelas di dalam air. Ikan nya berbagai macam jenis dan cukup besar.

Itu karena kami menjaga sungai ini. Sehingga manusia tak berani menangkap ikan di sungai ini.

Jika ada manusia yang nekad coba-coba menangkap ikan di sungai ini. Di pastikan prajurit penjaga yang sedang bertugas akan marah, dan akan memberikan pelajaran.

Di tepi sungai inilah gerbang alam ghaib istana kerajaan Kobundokok.

Di dekat pintu gerbang dibangun pondok yang tidak terlalu besar.

Dipondok itu bertugas dua Sibunian bertubuh tegap, berkumis tebal, berwajah jelek sekali. Hidung tanpa ada batang nya, hanya terlihat lobang nya saja. Setiap saat asap hitam keluar dari lubang hidung nya.

Saat kami melewati tempat penjagaan. Dua penjaga berdiri dari duduk santai nya dan menunduk hormat .

“Aku hari ini mau ke manusia. Jika kalian ingin ikut. Ingat pesan Ki Hurib, kalian tidak boleh iseng atau menyakiti manusia jika ingin mengawal aku. Jika kalian melakukan itu, aku akan mengadu pada ayah, kalian akan di hukum. apa kalian paham.?”  Shiva mengingatkan sambil tangan di pinggang.

“Baik…” Jawab mereka mengangguk.

Jarak dari lembah hantu ke manusia sekitar lima belas menit jika berjalan kaki biasa. Itu yang jalan adalah manusia biasa. Kalau pakai kuda Shiva sendiri tidak tahu. Sebab di tempat Shiva tidak ada kuda. Karena mereka para lelembut, tidak perlu kuda.

mereka hanya perlu  merapatkan tangan kedada, sambil membaca mantra dengan memusatkan pikiran ke tujuan , maka mereka  akan segera sampai di tujuan.

Secara bersamaan mereka merapatkan tangan didada, seperti orang bersemedi. Kaki rapat seperti upacara saat manusia di sekolah dasar. Mulut komat kamit membaca mantra.

Dengan lewat gerbang ghaib, mereka sampai di tujuan.

Di manusia, banyak dari manusia yang lalu lalang dan hiruk pikuk. Ada berteriak cabe, ada yang berteriak kain, ada juga yang teriak maling. Ternyata dia kehilangan kalung murah.

Pokoknya sibuk dan ribut.

Di alam ghaib juga sibuk. Ada yang muka nya datar lagi menghirup aroma ikan di tempat yang jual ikan. Ada yang gak punya mata ikut makan dengan manusia lagi makan, karena manusia lupa baca doa. Ada yang iseng meniup kuduk manusia, sehingga mereka merinding. Pokok sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Di tengah kesibukan manusia dan lelembut. Terdengar suara tetabuhan dari jauh.

Yang bisa mendengar hanyalah para lelembut.

Serentak para lelembut menghentikan kegiatanya.

Ada yang lagi jalan berhenti mendadak, sehingga di tabrak kawan nya.

Yang kena tabrak ngomel panjang pendek.

Shiva juga merasa heran kenapa mereka berhenti mendengar tetabuhan itu. Shiva melirik ke arah Domo.

“I..i.i…” Kebiasan nya muncul.

“Ikan” jawabku

“Fukan, itu fangeran dari kerajaan Siluman gunung Tuan Futri” jawab boneng.

“Ke..ke..ke.” domo bicara.

“Kefun”jawab boneng.

“Ke..ke..nafa kamu yang jelaskan” Jawab Domo.

“Kenafa kamu memakai kata-kata aku..?” Tanya boneng merasa kesal seperti di ejek.

Sementara Dumu terlihat santai saja karena tidak mendengar.

Shiva hanya heran saja kenapa pangeran itu, untuk kepasar ini saja harus bawa prajurit. Apa dia takut atau kah karena manja.

Shiva kalau mau begitu juga bisa. Tapi kan gak bebas. Shivakalau bisa malah ingin jalan sendiri.

Karena ayah nya memaksa pakai pengawal, mau bagaimana lagi.

Hanya saja pengawal Shiva gak pakai baju seragam kerajaan. Tapi pakai baju kesukaan mereka.

Dari kejauhan dari tempat Shiva berdiri, terlihat iring-iringan yang lumayan besar.

Kasak-kusuk makhluk ghaib juga terdengar membicarakan iringan itu.

“Siang-siang pakai genderang seperti mau perang saja..” Sebuah suara terdengar di sebelah kanan Shiva.

Shiva melihat ke kanan, disana ada tiga makhluk berbadan kecil. Sebesar anak usia tiga tahun. Berkepala botak tanpa baju. Hanya memakai cawat saja, untuk menutupi area terlarang. Seperti nya mereka rombongan tuyul.

“Perang sih perang, uang ku jangan di ambil, nanti setoran ku kurang..” Kata teman satu nya lagi .

Rupanya tuyul itu sempat juga mencuri uang teman nya. Mengambil kesempatan dalam kebisingan.

“Husst… Anak kecil gak boleh ribut.” Jawab kawan nya satu lagi.

“Emang nya kamu udah besar?” Kata yang nyuri uang tadi.

“Mana uangku..” Kata yang kehilangan uang.

“Ini, uang segini aja ribut.” Kata yang mencuri mengembalikan uang kepada kawan nya.

“Kiiik…kikkkk..kikmm.”

Di atas atap los , sesosok kuntilanak tertawa cekikikan. Sambil duduk nyantai mengayunkan kakinya.

“Grrrrmmm…”

Di los sebelah lagi gendoruwo mengeram seperti marah. Entah benar-benar marah, atau kesal melihat kuntilanak.

Andai manusia tahu hebohnya alam ghaib di nya saat ini. Mungkin semua pada kabur.

Sementara di manusia…

“Hoiii… jalan lihat-lihat, main injak kaki orang saja..” Teriak laki-laki berbadan besar.

Sambil mengangkat kerah baju bocah kecil yang tidak sengaja menginjak kakinya.

Bocah itu ketakutakan.

“Maaf paman gak sengaja” Ucap bocah kecil tersebut minta maaf.

Pokoknya manusia masih normal dengan kegiatan masing-masing.

Iring-iringan itu semakin dekat, terlihat serombongan pasukan berbaju merah.

Ikat kepala merah,tali pinggang merah,celana merah. muka mereka pun di bedaki dengan bedak warna merah. Mungkin yang gak merah cuma anu nya saja, telapak kakinya.

Dulu kerajaan siluma gunung itu normal seperti kerajaan yang lain. Karena Putra Raja menyukai warna merah dan manja, semua nya berubah.

Itulah alasan nya semua bernuansa merah. Semenjak itu, kerajaan itu di kenal sebagai Kerajaan Merah.Nama asli kerajaan nya adalah Ngaitampang.

Semakin lama semakin dekat saja mereka.

Shiva melihat prajuritnya, Shiva jadi ngeri bercampur geli. Gigi taring bawah mencuat ke atas, di kasih warnah merah. Rambut juga di cat merah. Seperti badut, tapi ngeri juga lihat tampangnya.

Jumlah rombongan mereka berkisar sekitar tiga puluh orang.

Di tengah-tengah rombongan, empat orang berbadan tegap memikul tandu warnah merah. Mulai dari atap sampai dinding berwarnah merah. semuanya nya warnah merah.

“Minggir pangeran Hawi mau lewat” Teriak salah satu prajurit sebelah kiri bagian depan.

Rupanya nama pangeran nya adalah Hawi.

Yang di hardik prajurit tadi adalah hantu Lumpuh. Hantu Lumpuh itu seperti perempuan berambut panjang, tapi jalan nya ngesot. Si prajurit bukan nya membantu hantu lumpuh itu, malah membentak nya.

Susah payah Hantu Lumpuh ke pinggir jalan. Shiva agak kesal juga melihat prajurit itu.

Kuntilanak yang nyantai di atas atap los melayang ke arah gendoruwo sambil cekikikan, satu tangan di dekap di mulutnya. Gendoruwo mendelikan matanya pada kuntilanak.

“Kik..kik..kik.. namanya lucu pangeran kok namanya Hawi kenapa gak jawi (sapi) aja” Bisik tuyul kepada teman nya.

“Hust.. kamu diam aja, nanti kepala kamu di pancung. Kamu mau hidup tanpa kepala.” Kata temanya.

“Gak lah, mana enak tanpa kepala. Gak bisa mimik lagi sama ibuk juragan. iiiih…” ucap nya sambil bergidik.

Mungkin tuyul itu membayangkan hidup tanpa kepala.

Shiva sebenar nya gak peduli dengan tuyul-tuyul itu.

Hanya saja, sedikit kasih tahu kalian ya.

Saat tuyul mimik sama istri juragan nya. Yang di hisap adalah sari kehidupan dari istri juragan itu.

Itulah kenapa tuyul-tuyul itu terlihat masih seperti anak-anak. Padahal umurnya sudah sekian ratus tahun.

Jika tuyul tak dapat sari kehidupan. Dia cepat tua dan mati. Untuk dapat sari kehidupan itulah tuyul mencuri uang. Agar bisa mimik sama istri juragan nya.

Akhirnya rombongan itu sampai di hadapan Shiva.  Shiva lihat tirainya tersingkap.

Shuba terpana melihat tampang pangeran itu, bukan karena ganteng nya, tapi karena jelek nya. Kok bisa ya ada pangeran sejelek itu. Gak cocok jadi pangeran. Jidat lebar, mata besar, hidung besar, taring besar, muka besar, pakai bedak merah lagi.

Si pangeran juga terpana melihat Shiva.

“Kukuk kesini…” Terdengar suara dalam tandu memanggil prajurit.

“Pasukan berhenti” Teriak prajurit yang di panggil Kukuk tadi.

Sepertinya dia adalah komandan dari gerombolan prajurit merah ini. Itu terbukti, saat mendengar teriakan nya. semuanya berhenti.

Sikukuk kemudian melangkah mendekati tenda merah itu. Kepalanya di julurkan kedalam.

Tidak lama kemudian si kukuk mengeluarkan kepalanya dari tenda, dan menatap Shiva dengan tajam.

Shiva merasa risih di tatap seperti itu.

Seperti nya di dalam tenda si kukuk dapat perintah.

Dengan langkah tegap si kukuk berjalan ke arah Shuva berdiri.

Para pengawal Shiva beranjak berdiri di depan Shiva. Seperti ingin melindungi Shiva jika terjadi apa-apa.

Sekitar jarak dua langkah di depan pengawal Shiva, Si Kukuk berhenti.

“Siapa nama gadis itu” Si k

Kukuk melihat Shiva.

“Kenapa ta…ta…ta

..” jawab Domo tersinggung.

“Tahu” ucap kukuk.

“Bukan tanya-ta..tanya” ucap Domo.

“Pangeran Hawi menanyakan nya” Jawab Kukuk.

“Dia Futri dari kerajaan Kofundokok” Sela Boneng.

“Kerajan yang mana namanya Kofundokok.?” Si Kukuk salah arti. Dia belum mengerti maksud boneng.

“Kobundokok” Jawab Shiva.

Shiva tidak mau berlama-lama, jika di biarkan bisa lama urusan nya.

“Namanya siapa?” tanya kukuk.

“Namaku Shiva” jawabku.

“Salam hormat kepada baginda, kelak suatu hari nanti pangeran Hawi akan datang bertandang ke Kerajaan Kobundokok” ucap Kukuk.

“Siapa yang di kandang?” tanya Dumu.

Seperti nya Dumu salah dengar. bertandang di dengar nya kandang.

“Bukan kandang tapi tandang” Jawab Kukuk.

Dumu anggukan kepala, seperti mengerti.

Entah dengar atau tidak, yang jelas dia angguk-angguk.

Kemudian si kukuk menuju tenda lagi. Kepalanya di masukan lagi dalam tanda. Kemudian kembali ke posisi dia semula.

“Pasukan… jalan…” Teriak kukuk.

Penabuh gendang dan peniup alat musik mulai memainkan musiknya.

Lebih dari delapan orang pemain musik di belakang tandu. Shiva tak habis pikir, apa gak pekak telinga Pangeran Merah dengarkan musik berisik begitu.

Sepertinya rombongan itu memilih jalur ghaib. Karena tiba-tiba hilang begitu saja dari hadapan Shiva.

Sempat juga sih Shiva melihat. Setelah memberikan komando, si Kukuk merapatkan tangan di dadanya. Dan beberapa orang merangkul pemain musik.

Shiva yang masih merasa kesal dengan gaya Pangeran Merah yang menurut Shiva berlebihan itu.

Terlebih lagi wajah pangeran tidak setampan yang Shiva bayangkan. Shiva jadi hilang mood untuk jalan-jalan. Karena nya hanya memilih pulang saja.

Tapi kali ini Shiva memilih pulang jalan kaki saja. Bukan pakai jalur ghaib.

Shiva mulai melangkah dengan kesal. Namun, dalam benak Shibamenerka-nerka. Apa tujuan pangeran Merah ingin bertandang ke kerajaan nya?.

Apakah dia ingin melamar Shiva. kalau dia ingin melamar Shiva, terus kami menikah, seperti apa anak Shjva kelak wajahnya.

Kalau ikut wajah Shiva, ok lah. Kalau ikut wajah pangeran gimana. Ini bukan memperbaiki keturunan. Tapi merusak keturunan namanya.

Bermacam pertanyaan datang di benak Shiva.

Saat Shjva lagi bermain dalam pikiran sendiri, tiba-tiba Shiva di tabrak oleh manusia.

Shiva tidak merasakan apa-apa sebenarnya. Hanya saja Shiva dalam keadaan kesal. Ingin Shiva lampiaskan pada manusia yang menabraknya.

Shiva berpaling ke arah manusia yang menabraknya. Dia mungkin tidak merasakan apapun sama seperti Shiva. Tapi kalau Shiva tampar itu manusia pasti demam.

Saat Shiva melihat ke arah nya. Ternyata seorang pemuda berbadan tegap.

Shiva mengejar pemuda itu dengan melayang dan berhenti di depan nya. Ingin Shiva gampar saja wajah pemuda ini. Biar dia tau rasa.

Aduhai..

Tapi kenyataan nya, bagaimana bisa Shiva menamparnya. Ternyata dia sangat Tampan. Rambutnya hitam lebat, kening nya sedang, alis mata tebal, matanya indah penuh semangat, bibir seksi, badan tegap.

Pria seperti ini lah yang Shiva impikan selama ini. Sepeti dia yang Shiva mau.

Shiva hanya terdiam di depan pemuda itu. Kemudian Shiva di tabrak lagi.

Kali ini Shiva  bukannya kesal, malah shiva merasa senang. Shiva melayang lagi di depan nya dan di tabrak lagi. Terus Shiva lakukan berulangkali.

“Tuan Futri…”

Shiva mendengar boneng memanggilnya.

Baru Shiva tersadar. Rasa kesal terhadap pangeran sok tadi hilang. yang timbul sekarang adalah rasa senang.

“Domo kamu ikuti pemuda itu. jangan iseng atau apapun yang membuat dia curiga. Cari tahu siapa dia. laporkan padaku nanti” Perintah Shiva pada pengawalnya.

“Ke..ke..ke..” Domo bicara.

“Kefun.” ucap Boneng.

“Bukan kebun tapi ke..kenapa.” Ucap Domo susah payah.

“Ikuti saja perintahku.” Teriak Shuva tegas.

“Ba..baik putri.” Jawab Domo.

Tadinya Shiva yang niat jalan kaki pulang ke istana. Jadi berubah, Shiva pulang lewat jalur ghaib saja.

Tidak memerlukan waktu lama , hanya sekejap saja Shiva sudah sampai di istana lagi. Kali ini Shiva lansung menuju istana. Bukan lewat pintu gerbang.

Hanya orang-orang dalam istana saja yang bisa melakukan ini. Karena ada mantra khusus yang hanya kami kekuarga raja saja yang tahu.

Dumu dan Boneng tentu saja melalui pintu gerbang.

Sesampai di istana, kecerian hatinya sedikit terganggu dengan kehadiran tamu berbaju merah,rambut merah semuanya merah.

Siapalagi kalau bukan dari kerajaan Ngaitampang.

Sekilas prajurit itu memandang Shiva. Kemudian mohon diri dari hadapan ayah Shiva.

Shiva menatap ayahnya, ayah tampak gagah dan berwibawa dengan pakaian

.

Ayahnya adalah Raja yang bijaksana. Bisa memakmurkan masyarakat. Mana ada Warga kami yang kelaparan.

Dengan umur yang hampir sembilan ratus tahun, ayah Shiva masih terlihat kokoh.

Memang alis mata ayah sudah putih, kumis sudah putih, dan rambut putih nya di tutupi mahkota kerajaan.

Ayahnya terlihat hampir sama dengan manusia. Itu terjadi karena ayahnya meminum dan mencuci mukanya dengan air yang di berikan Ki Hurib.

Air yang di dapat dari sebuah negeri yang sangat misterius. Konon di negeri itu apa yang ada di dunia manusia dan ghaib, semuanya juga ada disana.

Hanya taring kecil yang masih tersisa sama ayahnya. Itu pun terlihat saat ayahnya tertawa .

Di bandingkan dengan laki-laki di alam bunian. Ayahk Shiva ah yang paling normal bentuknya.

Wajah ayah Shiva semi oval.

Mungkin sejauh ini ibu Shivalah yang paling beruntung. Punya suami Raja ganteng dan bijaksana.

Ibu Shiva juga terlihat anggun duduk di sebelah ayahnya, dengan pakaian permaisuri bertakhta tiara dikepalanya. Wajah ibu Shiva sangat cantik.

“kamu dari mana, nak?” tanya Ibu Shiva.

“Dari jalan-jalan bu” Jawab Shiva singkat sambil berlalu.

Ibu Shiva jarang sekali memanggil nama pada Shiva. Ibunya selalu memanggil Shiva dengan sebutan nak. Kecuali jika sedang marah. Dia lansung manggil Shiva dengan nama asli yaitu Vana.

Shiva adalah anak mereka satu-satunya. Kalau bukan di depan umum, Shiva tidak melakukan adat formal jumpa Raja dan Ratu dengan ayah dan ibunya.

Shiva bersikap biasa saja. Seperti biasa anak remaja dengan orang tuanya.

Shiva malas menanyakan kenapa prajurit merah itu kesini. Itu mungkin urusan pemerintahan.

Shiva lansung melangkah menuju kamarnya. Sambil menghayalkan ketampanan pemuda tadi. Perlahan Shiva membuka pintu kamarnya, menuju pembaringan dan tidur. Dan tertidur… ( Febri)