Lingkupperisti.com, Kab. Limapuluh Kota, Sumbar– RKN anak petani. Dilahirkan dalam keluarga sangat sederhana. Kedua orang tuanya petani. Masuk sawah pagi dan pulang menjelang maghrib. Benar-benar anak petani biasa. Ketika kuliah belajar berbisnis dan alhamdulillah berkembang. Ber-organisasi menjadi kesibukannya, pernah menjadi gubernur mahasiswa dan terpilih pula sebagai Presiden Mahasiswa Universitas Andalas. Bahkan selama aktiv di kampus pernah pula memimpin 2 organisasi mahasiswa tingkat nasional.

Anak petani biasa. Bahkan hampir semua keluarga besarnya termasuk orang-orang biasa. Dia bangga dengan nasabnya, tapi hidup berbicara tentang kualitas dirinya. Bukan berlindung dibalik nama besar keluarganya. RKN anak petani biasa, namun ditempa dengan cara-cara luar biasa.

Kami wartawan bertanya dalam satu kesempatan, “pak bagaimana cara bapak membangun Limapuluh Kota nanti, presiden bukan berasal dari Nasdem dan PKB”. Dengan santai beliau menjawab, “Percepatan pembangunan Limapuluh Kota itu ditentukan oleh kepiawaian kepala/wakil kepala daerahnya, birokrasinya, wali-wali nagarinya, dan semua sumber daya yang ada. Bukan soal siapa presidennya”.

“Kami berdiri diatas kaki sendiri. Kami sudah terbiasa mengelola potensi yang berserak menjadi sebuah gerakan. Kami ikut bertanding karena diri sendiri, bukan karena dibantu si A, si B dll. Kami telah terbiasa dalam hidup, jika kita menggantungkan sukses kepada orang lain, maka kita akan kecewa”.

“Saya punya teman, dari keluarga biasa, tapi ada seorang keluarga jauhnya yang tergolong sukses. Lalu dia berencana untuk menjalankan seperti keluarganya yang sukses itu. Dia meminta bantuan secara penuh kepada keluarganya itu. Alhamdulillah keluargnya itu orang baik, benar-benar dibantunya sepenuh hati. Tapi takdir berkata lain, 6 bulan merintis saudaranya berpulang ke hadirat illahi. Terganggu bisnisnya setelah itu. Maka dari kejadian itu saya semakin yakin bahwa sukses kita tidak bisa digantungkan kepada orang lain. Sukses itu hadir sebagai buah dari kerja keras”.

Beliau melanjutkan, “sama halnya dengan membangun Limapuluh Kota, kegemilangan di masa depan hadir karena KITA, bukan oleh mereka. Tidak ada yang kurang dari daerah ini, kita kaya baik di dalam perut buminya maupun di permukaannya. Seharusnya semua itu menjadikan warga kita sejahtera”.

“Siapa yang tahu dengan kondisi politik di masa depan. Siapa yang bisa menjamin hidup seseorang. Jika kita menggantungkan harapan percepatan pembangunan karena si A, si B atau yang lain, maka bersiaplah untuk kecewa. Ini masa dimana setiap orang harus bicara, “INILAH SAYA”.